Di Balik Bau Sampah, Ada Harum Perjuangan
Oleh: Ghefira Nur Az-Zahra
Mereka Bukan Pahlawan Bertoga, Tapi Tanpa Mereka Kota Tak Akan Pernah Bersih
Di tengah riuhnya lalu lintas kota yang tak pernah benar-benar tenang, ada wajah-wajah yang nyaris tak terlihat—bukan karena tak ada, melainkan karena kerap dipandang sebelah mata. Di antara mereka adalah Pak Anto (38), seorang pemulung yang setiap hari mengais rezeki dari tumpukan sampah yang kita buang begitu saja.
Setiap pagi, Pak Anto memulai harinya dengan menyusuri jalan-jalan sempit dan tempat pembuangan akhir, memanggul karung besar yang siap menampung botol plastik, kardus bekas, dan barang apapun yang masih bisa dijual.
Bau menyengat bukan lagi hambatan, melainkan bagian dari hidupnya.
“Awalnya sering mual karena bau, tapi lama-lama bapak anggap ini bagian dari perjuangan,” ujarnya dengan senyum tipis.
Pekerjaannya yang berat dan penuh risiko tidak jarang mendapat pandangan sinis dari masyarakat. Ada yang menutup hidung, ada pula yang menjauh. Tapi bagi Pak Anto, itu tak sebanding dengan rasa tanggung jawabnya sebagai kepala keluarga.
“Orang mungkin mencibir, tapi mereka gak tahu rasanya hidup kayak bapak. Yang penting anak-anak bisa makan dan sekolah, walau seadanya,” lanjutnya.
Martabat Tak Ditentukan oleh Bau Pekerjaan
Pendapatan Pak Anto pun tak menentu. Dalam seminggu, ia bisa mendapat sekitar Rp 200.000 jika hasil sortirnya banyak. Tapi bila sepi, keluarganya harus berhemat atau bahkan berpuasa.
“Bapak udah biasa makan sekali sehari, kadang gak makan pun gak masalah. Asal anak-anak bapak bisa makan,” katanya sambil memandangi tumpukan botol di depannya.
Kita mungkin menganggap sampah adalah simbol kebusukan, namun bagi Pak Anto, itu adalah sumber kehidupan. Di balik tumpukan barang bekas itu, tersimpan ketekunan, doa, dan harapan.
Di era ketika pekerjaan kerap diukur dari seberapa rapi jas atau seberapa tinggi gedung kantornya, pekerjaan seperti milik Pak Anto justru menjadi pengingat: bahwa kerja keras tak selalu bersih, tapi tetap mulia.
Menghormati yang Terlupakan
Sudah saatnya masyarakat dan pemerintah memberikan perhatian lebih kepada para pemulung—mereka adalah garda terdepan kebersihan kota. Tanpa mereka, mungkin tumpukan sampah akan menggunung di tiap sudut jalan.
Di balik bau sampah menyengat, sesungguhnya tersembunyi harum perjuangan. Bukan perjuangan dengan senjata atau sorotan kamera, tapi perjuangan sunyi, yang dilakukan dengan keikhlasan dan keteguhan hati.

















