Scroll untuk baca artikel
Biru-Emas-Geometris-Abstrak-Dekoratif-Selamat-Datang-Peserta-Didik-Baru-Ban-20251117-205706-0000
Example floating
Example floating
Example 728x250
Daerah

Listrik Aceh Tak Kunjung Pulih, Dirut PLN Didesak Mundur: “Ini Pejabat Tipe Tak Tahu Malu”

×

Listrik Aceh Tak Kunjung Pulih, Dirut PLN Didesak Mundur: “Ini Pejabat Tipe Tak Tahu Malu”

Sebarkan artikel ini
Example 468x60

 

Listrik Aceh Tak Kunjung Pulih, Dirut PLN Didesak Mundur: “Ini Pejabat Tipe Tak Tahu Malu”

formappel.com
Biru-Emas-Geometris-Abstrak-Dekoratif-Selamat-Datang-Peserta-Didik-Baru-Ban-20251117-205706-0000
formappel.com

JAKARTA // FORMAPPEL.com —
Krisis kelistrikan di Aceh kian memantik amarah publik. Setelah pekan lalu publik Aceh “diprank” oleh klaim sepihak PT PLN (Persero) yang menyebut pemulihan listrik pasca banjir telah mencapai 93 persen sebagaimana dilaporkan kepada Menteri ESDM Bahlil Lahadalia, fakta di lapangan justru berkata sebaliknya. Hingga hari ini, sistem kelistrikan Aceh masih compang-camping dan jauh dari pulih total.

Alih-alih menunjukkan hasil nyata, PLN justru sibuk menumpuk dalih. Medan sulit, kerusakan parah, hingga alasan terbaru: maraknya pencurian kabel trafo di 13 gardu distribusi. Ironisnya, di saat bersamaan PLN gencar memproduksi konten dan siaran keberhasilan pemulihan listrik di Aceh, yang oleh banyak pihak dinilai tak lebih dari kosmetik pencitraan karena realitas di lapangan tetap gelap gulita.

Menyikapi situasi tersebut, Koordinator Nasional Relawan Listrik Untuk Negeri (Re-LUN), Teuku Yudhistira, menilai PLN telah kehabisan alasan rasional dan kini hanya bermain alibi untuk menutup ketidakmampuan.

“Sudah cukup sandiwara. Kami tunggu pernyataan Dirut PLN Darmawan Prasodjo untuk mundur secara ksatria. Jangan seperti banci banyak mengeluh, melempar alasan ke sana kemari, mengaku terus berusaha, tapi sampai sekarang tidak bisa memastikan kapan listrik Aceh pulih total,” tegas Yudhistira saat ditemui di Jakarta Pusat, Senin (15/12/2025).

Ketua Umum Ikatan Wartawan Online (IWO) itu juga mengecam keras sikap Dirut PLN yang dinilai lebih mengedepankan intrik asal bos senang (ABS) demi mempertahankan jabatan, seraya menutup mata terhadap penderitaan pengungsi korban banjir di Aceh.

“Publik tidak bodoh. Semua orang tahu bagaimana tiba-tiba listrik bisa menyala khususnya di Aceh Tamiang saat Presiden Prabowo berkunjung. Tapi begitu Presiden pulang, listrik kembali dipadamkan. Ketika Gubernur Aceh konferensi pers dan itu disiarkan luas, listrik tetap mati. PLN tidak berani mengulangi ‘trik’ yang sama. Ini kejam,” kecamnya.

Dengan sederet fakta tersebut, Yudhistira menilai tak ada lagi alasan bagi Presiden Prabowo untuk mempertahankan Darmawan Prasodjo di kursi panas PLN.

“Presiden harus pecat Darmawan Prasodjo. Kalau menunggu dia mundur, itu mustahil. Saya melihat dia ini tipe pejabat yang tak tahu malu dihujat berjuta-juta kali pun tetap muka tembok, yang penting jabatan aman dan kuasa tetap di tangan,” katanya lantang.

Tak berhenti di situ, Yudhistira juga meminta Presiden dan aparat terkait menelusuri aktivitas Dirut PLN selama berada di Medan.

“Coba cek CCTV di kantor PLN UID Sumut. Ngapain saja dia di sana? Kabarnya bukan sibuk mengurus listrik Aceh yang gelap, tapi malah main badminton dan jalan santai. Semua dilakukan secara senyap, dilarang dokumentasi, pegawai bahkan dilarang memotret. Kalau ini benar, ini penghinaan terhadap penderitaan rakyat,” imbuhnya.

Di sisi lain, kondisi kelistrikan Aceh semakin terpuruk setelah PLTU Nagan Raya Unit 2 mengalami gangguan sejak dua hari terakhir. Akibatnya, pasokan listrik ke Aceh kian terbatas, memicu pemadaman yang lebih lama di tengah situasi bencana banjir yang belum sepenuhnya surut.

Manajer PLN ULP Jeuram, Sertino Anggara, membenarkan kondisi tersebut.

“Saat ini operasional hanya Nagan Raya Unit 1,” ujarnya kepada media.

Ia menjelaskan, dengan hanya satu unit yang beroperasi, daya listrik berkurang signifikan sehingga pemadaman tak terhindarkan. Selama ini, PLTU Nagan Raya Unit 1 dan 2 menjadi tulang punggung pasokan listrik Aceh. Namun kini, beban sepenuhnya ditanggung Unit 1 ditambah pasokan terbatas dari PLTU Arun.

Sementara itu, PLTU Nagan Raya Unit 3 dan 4 yang dikelola pihak swasta belum dapat menyuplai listrik karena masih menunggu perbaikan jaringan di Pangkalan Berandan. Akibatnya, rakyat Aceh kembali dipaksa bertahan dalam gelap di tengah banjir, dingin, dan ketidakpastian, sementara elite PLN terus bersembunyi di balik alasan. (Hendra Gunawan)

Example 300250
Example 120x600

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *